Mengenang Y.A. Bhikkhu Cattapunno

 

Y.A. Cattapunno dilahirkan dengan nama Soeparno pada tanggal 15 November 1928 di Jemono, Kelurahan Wates, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. Ayahnya bernama Sastro Taruno dan ibunya bernama Giyem.

 

Soeparno merupakan salah seorang pemuda yang pada masa awal kebangkitan kembali Agama Buddha di Indonesia direkrut oleh Y.A. Ashin Jinarakkhita untuk dipersiapkan menjadi bhikkhu. Oleh karena itu Soeparno termasuk angkatan 2500 Buddha Jayanti (1956). Seusai perayaan Waisak di Candi Borobudur, dengan penuh semangat Soeparno mengantarkan buku kenang-kenangan 2500 Buddha Jayanti ke berbagai kota.

 

Pendidikan terakhir Soeparno adalah Akuntansi Perusahaan (Akper). Bertempat tinggal di Bandung, Soeparno kemudian menikah dan memiliki 3 orang anak (2 perempuan dan 1 laki-laki).

 

Sejak Wihara Vimaladharma di Bandung didirikan (1958) Soeparno telah aktif dan terus aktif sampai beliau memasuki kehidupan sebagai anggota Sangha pada tahun 2007. Ketika Y.A. Mahasi Sayadaw berkunjung ke Indonesia pada tahun 1959, Soeparno diwisudhi menjadi upasaka di Wihara Vimaladharma. Y.A. Mahasi Sayadaw memberikan nama Sudharmajaya.

 

Soeparno Sudharmajaya atau lebih dikenal dengan sebutan Pak Parno selain menjadi aktivis Wihara Vimaladharma Bandung, juga aktif menjadi pengurus MBI Jawa Barat. Ketika istri tercinta meninggal dunia, rekan-rekan Pak Parno di MBI Jawa Barat mendorong agar Pak Parno menjadi anggota Sangha.

 

Pada tahun 2007 bertempat di Wihara Kassapa, Langkat, Sumatra Utara, Upasaka Sudharmajaya menerima penahbisan sebagai samanera dari Y.A. Jinadhammo Mahathera dan diberi nama Pranajaya.

 

Pada tahun 2008 Samanera Pranajaya berangkat ke Thailand untuk menerima upasampada sebagai bhikkhu. Upasampada dilakukan di Wat Thungpo, Buriram, Thailand dengan upajjhaya Y.A. Avuddhapanno Mahathera. Samanera Pranajaya kini menjadi Bhikkhu Cattapunno.

 

Kembali ke Indonesia, Bhikkhu Cattapunno rajin berkeliling ke berbagai wihara di Provinsi Sumatera Utara dan tinggal bersama dengan para bhikkhu lainnya di Wihara Buddha Sujata Jl. Danau Batur No. 35, Medan.

 

Saat sedang menyampaikan pandangannya dalam Sangha Samaya IX Sangha Agung Indonesia di Prasadha Jinarakkhita Jakarta, pada tanggal 5 Januari 2012 Bhante Cattapunno terkena serangan stroke.

 

Setelah beberapa kali dirawat di Rumah Sakit, di Wisma Tamu Ekayana Buddhist Centre, dan di rumah salah seorang anaknya, pada tanggal 31 Juli 2012 Bhante Cattapunno (84 tahun) menghembuskan nafas terakhir.

 

Selamat jalan Bhante Cattapunno.

Buddha, Dharma, dan Sangha menyertai perjalananmu.

 

***disadur dari http://www.buddhayana.or.id

Leave a comment